Kamis Kliwon, 25 Jul 2013 15:00 WIB
Setiap tahun Terdapat 57.000 Orang Indonesia Meninggal Akibat Rokok
Di Indonesia setiap tahun terdapat 57 ribu orang meninggal akibat rokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif. Hal tersebut disampaikan oleh Gupiyanto Joko Nugroho,
SP. MM dari Dinas Kesehatan saat menyampaikan makalahnya didepan
peserta Seminar Dampak Rokok Bagi Siswa SLTA yang berlangsung di Gedung
KPRI Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Kamis (24/7).
Gupiyanto menambahkan bahwa jumlah perakok di
Inbdonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya, bahkan Indonesia
menduduki rangking 3 dunia setelah Cina dan Amerika. Sedangkan di level
Asia menduduki rangking ke 1 atau sebesar 47 persen dari jumlah
penduduk. Menurut survei pengeluaran terbesar rumah tangga miskin adalah
untuk membeli rokok.
Perilaku orang Indonesia sebagai konsumen rokok
tersebut sangat dipengaruhi oleh gencarnya iklan rokok yang dilakukan
secara besar-besaran. Karena selain ukuran iklannya yang besar, hampir
setiap ivent baik di daerah maupun di kota selalu didukung oleh iklan
rokok, harga rokokpun termasuk sangat murah. Padahal di negara maju
tidak setiap ivent disertai iklan rokok, karena mahal dan kesadaran
warganya akan kesehatan sangat tinggi, bahkan harganyapun sangat mahal
sekitar 12 US dolar atau setara dengan Rp. 120 ribu. terang Gupiyanto.
Kesimpulannya, kata Gupiyanto, rokok mengandung
racun, rokok dapat merusak seluruh organ tubuh manusia. Perokok aktif
mengisap 25 persen racunnya, sedangkan 75 persenya diisap orang
disekelilingnya. Perokok pasif di Indonesia diperkirakan berjumlah
sebanyak 66 persen, terdiri kelompok usia 10-14 tahun sebesar 70 persen,
dari 64,2 persen dari pelajar sudah terkontaminasi asap rokok.
Menurut laporan panitia yang disampaikan oleh Drs.
Riswanto Widodo, seminar semacam ini merupakan yang pertama kali di
Bantul dan diikuti oleh sekitar 50 pelajar SMU/K di Bantul dan
perwakilan SKPD terkait di lingkungan Pemkab. Bantul.
Sementara dalam sambutan Bupati Bantul yang
disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul drg. Maya
Sintowati, diantaranya menyampaikan bahwa kebiasaan merokok sudah meluas
di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung
meningkat jumlahnya, terutama di kalangan anak dan remaja sebagai akibat
gencarnya promosi di berbagai media massa.
Hal ini memberikan makna bahwa masalah merokok telah
menjadi semakin serius, mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai
penyakit atau gangguan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang
lain di sekelilingnya.. terang Maya Sintowati.
Dari data WHO, tambah Maya, di tahun 2004 diketahui
sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya, serta 70 persen
terjadi di negara berkembang, termasuk didalamnya asia, di Indonesia di
tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka
akan ada 10 juta kematian per tahun.
Penyakit-penyakit akibat rokok, katanya, pada akhirnya
akan melemahkan potensi SDM kita. Karena akibat asap rokok menyebabkan
25 macam penyakit serius diantaranya yang paling parah terjadinya kanker
paru-paru. Dan terbukti perokok akan menanggung rugi bagi pelakunya
yaitu kerugian kesehatan dan ekonomi yang akan berimbas pada
meningkatnya biaya dan pelayanan kesehatan pula.
Agar permasalahan dan kondisi tersebut dapat
dikendalikan, maka seminar semacam ini dipandang sangat strategis dalam
upaya pengamanan terhadap bahaya merokok, khususnya di kalangan remaja
dan pelajar. tambah drg. Maya.
Selain dari Dinas Kesehatan nara sumber lain
disampaikan testimoni mantan perokok yaitu Drs. Fahrudin S Ag anggota
dewan Kab. Bantul dan Didik Joko Nugrho dari Fakultas Kedokteran UGM
menyampaikan makalah berjudul Remaja Sehat Tanpa Rokok. (Sit)
Sumber, Pemerintah Kabupaten Bantul .
kamis
No comments:
Post a Comment